Senin, 24 Oktober 2011

Sekolahku Tercinta


Nama               : Fifi Evarita, S. Pi
Asal Sekolah   : SMK Negeri 3 Pariaman

        Sekolahku terletak di bibir pantai sekitar 25 meter. Apabila siang terasa sangat panas, tetapi kalau hujan dan ada badai di laut, suasana sangat mengerikan. Angin bertiup sangat kencang sehingga mampu menerbangkan atap sekolah (seng) dan menjatuhkan semua perangkat yang ada di dalam ruangan. Akibat sekolah yang sangat dekat dengan laut menyebab air yang kami gunakan untuk di kamar mandi dan wudhu juga terasa payau dan berwarna seperti air teh
        Sudah dua kali sekolah kami terkena gempa, yaitu pada tahun 2007 dan 2009 yang mengakibatkan kondisi yang rusak parah di semua bagian, dinding dan lantai yang merenggang sekitar 5 cm, kosen yang rusak dan kaca yang pecah menyebabkan kami terpaksa mengajar di dalam tenda dengan kondisinya sangat menyedihkan. Kalau siang sangat panas sekali yang terasa sampai ke ubun-ubun, kalau hujan, proses pembelajaran terpaksa dihentikan karena tanah yang becek dan air hujan yang masuk ke dalam tenda. Untung kami hanya merasakan belajar di tenda hanya satu semester saja, karena di semester berikutnya kami memberanikan untuk mengajar di dalam kelas kembali.
      








































        Setelah dua tahun gempa berlalu, sekolah masih seperti itu juga, padahal sudah banyak pejabat yang pernah datang ke sekolah kami, diantaranya Bapak Gamawan Fauzi sewaktu menjabat Gubernur Sumatera Barat, Bapak Mahyuddin dan Mukhlis Rahman yang pernah dan sedang menjabat Walikota saat ini, Bapak Bahari dan Indra Jaya yang pernah dan sedang menjabat Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pariaman. Disamping itu juga pejabat dari LPMP Padang dan P4TK Medan serta Cianjur sebagai narasumber pada In House Training di sekolah kami.
        Kadang kami rekan guru sering berpikir, apa yang salah dengan sekolah kami. Bahkan pemerintah luar negeri seperti Australia dan Jepang yang semula berniat membantu memperbaiki sekolah kami dengan alasan yang kurang kami pahami membatalkan membantu. Kalau keadaan dibiarkan lebih lama lagi, kami takut sekolah kami kurang diminati lagi, karena masyarakat lebih pintar dalam memilih sekolah yang bagus dan fasilitasnya lengkap Padahal sekolah kami selama ini merupakan sekolah kejuruan yang favorit dan diminati pelajar di Kota Pariaman.
         Kelebihan sekolah kami mungkin pada disiplin siswanya, yang wajib apel pagi sebelum belajar, ditambah dengan adanya piket siswa yang terdiri dari Perwira (siswa kelas XII), Bintara (siswa kelas XI) dan Caraka (siswa kelas X) sehingga suasana sekolah terasa tertib.



















        
 














     Untung saja saya memiliki rekan guru yang menyenangkan, sehingga membuat saya tetap merasa senang mengajar di sekolah tercinta dan menerima keadaan dengan hati yang ikhlas.






































































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar